Minggu, 27 Agustus 2017

SEMESTA MERESTUI KU UNTUK PERGI

Malam ini semesta merestui ku
Dengan memberi sempat untuk menatap matamu sekali lagi
Mata yang tak akan lagi ku tatap untuk waktu yang lama
Aku akan pergi
Bukan dari sampingmu
Melainkan dari daftar orang-orang yang paling mencintai dirimu
Bukan ku tak lagi menjatuhkan pilihan padamu
Melainkan kau terlampau tinggi untuk kuraih
Terlampau jauh tanganmu untuk kuraih
Kau terlalu sempurna untuk seorang pengecut sepertiku
Maaf ya…!!!!
Aku tak seteguh itu dalam menaruh harapan padamu
Sudah terlalu lama aku bersikeras
Untuk mempertahankan rasa dan memanjakan rindu ini
Sudah berkali-kali aku ditampar kenyataan
Bahwa aku tak memiliki tempat di hidupmu
Sekarang saat tamparan semakin keras menampar
Aku memilih mundur
Ku serahkan ruang perjuangan
pada mereka yang pantas mendapatkanmu
Aku pergi.

====PEMAHATRASA====

Minggu, 20 Agustus 2017

TERUNTUK SAHABAT YANG BAIK

Teruntuk Sahabat yang baik
Karya: Ain
Hari berlalu, kamu semakin jauh saja. Jarak merentang tak terkira. Kesibukan mulai membunuh kata-kata, suara, dan rencana. Apa kabar janji-janji bersama dulu? Kebersamaan ternyata tidak seindah masa-masa remaja. Usia dan pekerjaan merebut hidup kita. Semua menjadi hal-hal yang harus diselesaikan. Lalu kita dipaksa mengabaikan.
Sudahkah kamu menemui dirimu sendiri? Ada banyak orang yang kehilangan diri mereka sendiri. Sebab terlalu sibuk bekerja sepanjang hari. Cukup aku yang jauh darimu. Jangan sampai kamu kehilangan dirimu sebab tidak bisa membagi waktu. Biarlah rindu-rindu yang menyiksa kita. Jangan asing dengan semua yang kamu punya.
Teman baikku, yang kini sibuk mengejar impian dan hidup yang lebih mapan. Jangan lupa, bahagia kadang datang dari hal-hal sederhana. Nanti kalau sudah punya waktu senggang, jangan lupa berkabar meski melalui pesan. Rindu kadang membuat kita ingin saling sapa, lalu abai sebab merasa asing di kepala. Jangan lama-lama begitu, jarak dan waktu yang membelenggu sudah terlalu menjauhkanmu dari diriku.

Pulanglah menemui dirimu yang tersisa dalam diriku. Temui rencana dan suara-suara keras yang kita miliki dulu. Bekerja sepenuh hati itu perlu, namun hidup tidak semata begitu. Jangan lupa, ada bagian-bagian di luar dari dirimu yang selalu menunggu. Bagian-bagian yang sabar memeluk rindu. Bagian dari dirimu yang masih kujaga dalam diriku.

Selasa, 15 Agustus 2017

INILAH AKU

Aku bisa berubah
Menjadi apapun dan siapapun
Yang aku mau
Ketika aku sedang menulis.


Sudah ku bilang bukan?
Aku ini labil
Namun isi tulisanku
Bisa berubah menjadi apa saja

Jadi tetaplah mengenalku
Sebab aku adalah aku yang nyata
Bukan maya
Yang hanya berimajinasi tanpa makna

Tetaplah seperti ini
Kau menjadi pembaca tanpa tahu aku si penulis
Dan aku tetap menjadi penulis
Serta tahu bahwa kau adalah pembaca sejati
Aku curang? Biarkan saja

UNTUK MU AYAH

Untukmu Ayah... yang kasih sayangnya lebih luas dari lautan itu yang jiwa raganya lebih kokoh dari bebatuan itu... yang tetesan keringatnya lebih dalam dari lautan itu yang hatinya lebih putih dari awan awan itu. Untukmu Ayah... Satu satunya lelaki yang kupuja Satu satunya yang kucinta Satu satunya yang ku sayang Satu satunya yang ku taati Setelah Allah swt.
Untuk mu Ayah.. Yang sepanjang usianya hanya untuk kebahagian anaknya Yang seluruh tenaganya untuk menguatkan tulang anaknya Untuk mu Ayah.. Yang dengan nasihatnya aku lalui hari Yang dengan kemarahannya aku takuti Yang Air matanya tak sanggup aku lihat.. Yang sentuhannya menjagaku, Yang pelukannya menghangatkanku... Yang senyumannya penyemangat asaku..
Untukmu Ayah... Aku meridukanmu... Anak gadismu, yang tak bisa jauh darimu Putri kecilmu yang hanya bisa tidur Ketika mendengar dongeng mu.. Untukmu Ayah... Raga kita terpisah dalam Citaku. Hatiku selalu ada engkau Ayah.. Doaku selalu ku sertai di hari harimu..
Ya Allah... Sayangilah Ayahku sebagaimana ia menyayangiku sewaktu kecil hingga kini, Lindungilah ia seperti ia melindungiku sewaktu kecil hingga kini, Jika kasih sayangnya sepanjang masa, hadirkan aku dalam sepanjang masanya menjadi kebanggan untuknya, menjadi penghapus duka saat ia berduka, menjadi obat saat sakitnya. Jika hanya anak shalihah adalah yang bisa nenyelamatkannya didunia dan diakhirat. Pilihlah aku sebagai anak shalihahnya. Ya Allah Ridho – Mu ada pada ridhonya  sampaikan salam kasih sayang ku untuk Ayah..
Ku titipkan Rindu buat Ayah pada – Mu Mohon Lindungi ia selalu ya Allah Aku sangaat mencintainya. Amin..

====NIA====

Sabtu, 12 Agustus 2017

BIARKAN AKU YANG PERGI


Biarkan Aku Yang Pergi
Karya Dinda Pelangi

Malam yang sejuk mengiringi kesepianku. Angin malam turut membelai lembut rambutku. Menemaniku yang tengah sendiri menatap indahnya bumi. Sebagai teman paling setia dikesendirianku dalam ketidakadilan ini.
“Oh Tuhan, kapan semuanya akan berubah?” tanyaku dalam pengharapan.
Tiba-tiba pintu kamarku diketuk dengan cukup pelan.
“pasti bi Imah.” Tebakku
“iya, sebentar!” sahutku sembari berjalan dari serambi kamar.
“Maaf non, waktunya makan malam. Yang lain sudah ngumpul dibawah.” Ucap Bi Imah saat pintu kamarku terbuka.
“ok bi Dera juga udah lapeer banget.” Candaku padanya.
Bi Imah adalah seseorang yang merawatku sejak lahir. Bagiku, ia sudah seperti Ibu kandungku. Dirumahku, hanya Bi Imah yang peduli dengan keadaanku. Disaat aku sakit, hanya ia yang selalu repot menyiapkan obat, hanya ia yang selalu tahu betapa sedihnya aku disaat nilai raportku jauh dari nilai kak Dara. Hanya ia yang tahu betapa aku ingin seperti kak Dara, saudara kembarku.
****
“wah ada ayam bakar nih. Heem maknyus” ucapku seraya menduduki kursi favoritku.
“dasar gak sopan…” sindir Ayah padaku.
“makanya, jangan nyerocos aja dong jadi cewek.” Timpal kakakku, Virgo.
“iya Dera, kamu duduk dulu baru ngomong, kan ada Papa sama Mama disini. Jadi sopan dikit Ra.” Tambah Kak Dara.
“iya Dera, betul tuh kata Dara. Contoh dia.” Tambah Ibu lagi.
“ok, aku pergi. Silahkan makan!!” ucapku dengan sinis.
Akupun bergegas naik menuju kamarku tanpa sedikitpun menyentuh makanan disana.
Padahal sebenarnya maagku kambuh dan rasanya sangat perih. Tapi lebih perih lagi disaat aku tak pernah mendapatkan kasih sayang dari semua orang yang aku sayangi.
Matahari menjelma masuk kedalam kamarku yang pemiliknya masih tertidur lelap. Hingga aku terbangun karena silaunya sinar yang menerpa mataku.
“humh, udah pagi to” ucapku pada diri sendiri,

Aku bergegas mandi dan memakai pakaian sekolahku. Dengan aksesoris biru yang lengkap. Pagi ini, aku tak ingin sarapan. Aku hanya mengunjungi Bi Imah yang ternyata sedang menyiapkan bekal untukku.
“makasih ya Bi, Dera sayang Bibi.” Ucapku dengan tulus padanya
“iya non, Bibi juga sayangg banget sama non Dera, semangat ya Non sekolahnya.”
Sahut bi Imah menyemangati.
Setibanya disekolah, aku segera menuju ruangan tempatku ulangan. Jadwal hari ini adalah matematika dan bahasa inggris. Pelajaran menghitung yang sangat menyebalkan untukku. Karena aku tak seperti kak Dara yang jago menghitung. Dugaanku tepat, soal kali ini susahnya minta ampun. Hingga kertas ulanganku hampir tak terisi. Namun kalau bahasa inggris, inilah kehebatanku. Semua soal dapat kukerjakan dengan mudah. Karena sejak kecil aku sudah sangat hebat berbahasa inggris. Seperti Om Frans dan Tante Siska yang semasa di Jakarta sangat menyayangiku jauh lebih besar dari orang tua kandungku. Namun kini mereka telah pindah ke Amerika dengan anaknya, Dimas.
****

Waktu seakan berjalan dengan sungguh cepat, kini saatnya pembagian hasil belajar siswa. Kebetulan, aku dan kak Dera berbeda kelas dan sekolah. Kalau aku masih berada dikelas satu SMA, sedangkan ia sudah berada dikelas dua. Semua terjadi karena aku pernah tak naik kelas sewaktu disekolah dasar. Kalau kak Dara sengaja Papa sekolahkah di sekolah terfavorit di Jakarta, sedangkan aku bersekolah di SMA yang didalamnya hanyalah siswa buangan dari sekolah lain yang tidak menerima kami. Karena nilaiku tak sehebat nilai kak Dara dan Kak Virgo. Mereka memiliki IQ yang jauh lebih tinggi daripada aku.
“Pa, ambilin raport Dera ya.” Pintaku
“Papa sudah janji sama Dara kalau Papa yang akan mengambilkan raportnya. Kalian kan beda sekolah.” Jawab Ayahku.
“Ma, ambilin raport Dera ya!” pintaku lagi pada Mama.
“Mama udah janji sama Virgo ngambilib raportnya, dia kan sudah kelas tiga jadi harus diwakilin.” Jawab Mama.
“oh gitu ya.” Balasku dengan kecewa.

Aku hanya bisa menangis sendirian didalam kamar. Tidak ada satu orangpun yang mau mengambilkan raportku. Jalan terakhir adalah Bi Imah. Dan tentu saja ia sangat mau mengambilkan raportku.
“Gimana bi hasilnya?” tanyaku dengan penasaran
“Non Dera juara 1 non.” Ucap bi Imah dengan semangat.
“hah? Beneran bi?” sahutku tak kalah semangat.
Ternyata usahaku tak sia-sia, akhirnya aku bisa menyamai prestasi kak Dara.
****

Setibanya dirumah, semua orang yang sedang tertawa ria melihat hasil belajar kak Dara dan kak Virgo menjadi terdiam disaat kedatanganku dan Bi Imah.
“gimana hasilnya Ra?, pasti jelek.” Ucap kak Virgo menyindirku.
“gak ko, aku juara 1.” Ucapku dengan semangat.
“ah, juara 1 disekolahmu pasti juara terakhir dikelas Dara.” Ledek Ayah padaku.

Aku kecewa, benar-benar kecewa karena semua prestasi yang kuraih tak penah dihargai sama sekali. Dengan kecewa aku berlari menuju kamarku, kuratapi semua ketidakadilan ini. Aku tidak keluar kamar selama dua haripun tak ada yang peduli.
Semua orang dirumah hanya sibuk dengan pekerjaannya masing-masing, tak terkecuali
Bi Imah yang hampir setiap jam membujukku untuk keluar. Maagku kambuh, rasanya teramat perih dari yang biasanya.
“oh Tuhan, kuatkan aku!” pintaku

Dihari ketiga aksi diamku dikamar, tiba-tiba rumahku terdengar sebuah suara yang sangat kukenal. Ternyata hari ini, keluarga Om Frans sudah tiba di Jakarta untuk berlibur bersama keluarga kami.
“Dimas? Aku merindukanmu.” Ucapku dengan tertunduk lesu dikamar.
Aku keluar kamar untuk menemuinya, namun ternyata ia sudah berubah dan tak peduli lagi padaku. Semuanya benar-benar berubah, dan kini janjinya ia ingkari untuk menemuiku. Penantianku sia-sia, semua orang telah membenciku dan menjauhiku. Aku sendirian dirumah, bi Imah pulang kekampung karena anaknya sakit. Sedangkan yang lain sedang makan malam dihotel. Dan aku? Tertinggal disini.
****

Aku hanya makan dan terus memasukkan roti berselai srikaya kemulutku. Sedangkan yang lain asyik berbincang-bincang dengan topic kak Dara dan Dimas. Yang aku tahu, mereka terus membanggakan dua orang yang berprestasi tersebut. Hingga Om Frans dan Tante Siska juga turut berubah padaku. Semua orang mengucilkanku disini.
Sesudah sarapan pagiku habis, aku segera pamit menuju taman belakang yang ternyata disana ada kak Dara dan seseorang yang sangat aku sayangi, kak Dimas.
Disana, aku sedang melihatnya memberikan setangkai mawar pada kak Dara. Ternyata mereka sudah jadian dan aku tahu, bahwa kak Dimas telah melupakanku.
****

Akhirnya, hari yang telah lama kunantikan tiba juga. Hari ini, pertandingan karateku akan berlangsung. Namun sayang, semua orang yang kusayang tak ada yang mau hadir disini. Semuanya memilih hadir dilomba kak Dara, olimoiade sains. Walau sedikit kecewa, akan kubuktikan bahwa aku adalah Dera yang hebat. Keinginanku terwujud, aku menang dan meraih juara satu dipertandingan karate nasional yang diadakan di Jakarta.
“kita panggil, juara nasional karate tahun ini. Alderaya Zivanna dari Jakarta.” Panggil pembawa acara.
Dengan diiringi tepuk tangan meriah, ku naiki podium kebesaranku, dan kurasakan aku sangat dihargai disini.
****

Setibanya dirumah, kuletakkan foto keberhasilanku diruang tamu, namun disaat kedatangan kak Dara dan yang lainnya, kulihat kemurungan disana. Dan setelah melihat foto keberhasilanku, kak Dara malah menangis dan berlari menuju kamarnya.
“kamu sengaja meledek Dara?” Tanya Papa dengan sinis.
“gak pa! maksud Papa apa sih?” tanyaku tak mengerti.
“Dara kalah sedangkan kamu menyombongkan diri dengan memajang fotomu diruang ini. kamu tahu kan bahwa diruang ini hanya foto-foto keberhasilan Dara yang boleh menempatinya.” Jawab Papa yang membuatku sangat kecewa.
“Lepas Fotomu!” ucap Mama dengan agak ketus padaku.

Kulepas foto yang sangat aku harapkan menjadi penghubung agar keluargaku menyanjungku. Sebuah harapan yang sejak dulu selalu ku inginkan. Karena aku selalu iri disetiap kak Dara dipuji dan disanjung oleh papa dan mama, serta semua tamu yang pernah berkunjung kerumahku. Sekarang pertanyaan terbesarku adalah,
“apakah aku anak kandungmu Ma? Pa?”
Pertanyaan yang tak pernah terjawab oleh lisan, namun terjawab oleh perbuatan mereka padaku. Seorang anak yang selalu tersingkirkan oleh ketidakadilan.
****

Hari demi hari terus berganti, dan semenjak itu pula kak Dara menjadi seseorang yang terpuruk. Aku bisa merasakan perasaannya yang tertekan karena ia kalah diolimpiade.
Yang kutahu, saudara kembarku ini terlihat lemah dari yang biasanya.
“Udahlah kak, gak ada gunanya ditangisin terus.” Ucapku menyemangati.
“udahlah Ra, kamu senang kan ngeliat aku kaya gini? Kamu senang kan ngeliat aku kalah?” jawabnya dengan menangis.
“gak ka, gak. Aku gak pernah ada niatan kaya gitu.” Sahutku.
“udahlah, pergi kamu dari kamarku, pergi…” ucapnya terpotong karena akhirnya ia terjatuh tepat didepanku.
“Pa, Ma, tolong kak Dara. Kak Dara pingsan Pa!” beritahuku
“apa? Kamu apain sih dia?” Tanya Papa sinis padaku.
“aku, aku gak ada ngapa-ngapain dia pa.” sahutku dengan menyembunyikan kesakitanku.
“pasti penyakitnya kambuh lagi pa, ayo cepat kita bawa kerumah sakit.” Ucapku pada Papa.
****

Hari ini tepat seminggu sebelum ulang tahunku dengan kak Dara. Aku takut kehilangannya, saudara kembarku yang sangat aku sayangi. Dokter bilang bahwa ginjalnya sudah benar-benar rusak. Yang aku tahu, kini ginjalnya hanya satu setelah setahun yang lalu satu ginjalnya sudah diangkat. Sedangkan aku masih mempunyai dua ginjal.
“hanya saudara kembarnya yang ginjalnya cocok dengan Dara. Jadi usahakan dengan secepat mungkin diadakan pencangkokan ginjal Pak” beritahu dokter pada Papa.

Setelah itu, aku menjadi sasaran semua orang yang menyayangi kak Dara. Semuanya memintaku untuk mendonorkan satu ginjalku padanya. Niatku memang sudah bulat bahwa aku akan mendonorkan kedua ginjalku pada kak Dara, tapi aku tak ingin ada yang tahu semuanya. Karena aku tidak mau mereka akan menyayangiku karena bersimpati denganku yang telah memberikan satu ginjal pada saudaraku. Aku hanya ingin kasih sayang tulus dari mereka, entahlah bagaimana caranya agar aku mendapatkannya.
“ah sudahlah Dera, kamu memang saudara yang kejam. Hanya menyumbangkan satu ginjal saja tidak mau. Untunglah ada seseorang yang baik hati yang mau menyumbangkannya pada Dara.” Ucap Papa
“aku kecewa sama kamu Dera, tega ya kamu sama kakak kamu sendiri.” Ucap Dimas dengan kecewa padaku.
“siapa yang mendonorkan ginjalnya Pa?” Tanya kak Virgo.
“entahlah, pendonor itu tidak mau diberitahu namanya. Bahkan ia memberikan dua ginjalnya dengan gratis pada Dara. Dia benar-benar berhati malaikat.” Jawab papa.
“andaikan kalian tahu kalau itu aku? Apakah aku akan diberi penghargaan dari Papa?” gumamku dalam hati.
****

Beberapa jam sebelum operasi pencangkokan dilakukan, aku menulis sebuah surat untuk semua orang yang aku sayangi. Entahlah, aku merasa akan meninggalkan mereka semua. Rasanya, aku sudah sangat lelah dengan hidupku sendiri. Sesudah selesai ku tulis, surat itu kutitipkan pada Bi Imah. Akupun berangkat menuju rumah sakit untuk segera menjalani operasi.

@ ruang operasi
Ruang ini tersasa begitu menakutkan. Semua benda yang kulihat hanyalah jarum suntik dan gunting. Alat-alat yang terlihat menakutkan bagiku. Aku dibawa lebih dulu keruang ini, agar tidak ada yang tahu siapa aku sebenarnya. Posisiku dan kak Dara dipisahkan oleh dinding pembatas. Hingga akhirnya aku dibius, dan kurasakan semuanya gelap.
****

Seminggu kemudian. . . .
“akhirnya kamu sembuh juga sayang. Mama khawatir banget sama kamu sejak kamu dioperasi. Untung ada pendonor itu.” Ucap Mamanya dengan penuh kasih sayang.
“Dan Happy Brithday Dara…” ucap semua orang serentak
“Makasih ya semuanya. Aku senanggg banget. Oya, Dera mana ya Ma? Gak tau kenapa Dara kepikiran dia terus. Hari ini kan ulang tahun kami” Sahut Dara.
“iya ya? Mana dia Bi?” Tanya Ibunya pada Bi Imah
“Sebentar nyonya.” Jawab Bi Imah dengan berlari menuju kamar Dara.

Dan beberapa menit kemudian sudah tiba dengan membawa sepucuk surat.
“ini surat dari Non Dera sebelum pergi.” Beritahu Bi Imah.
Walau agak heran, Ibunya pun membacanya dengan agak keras.
Untuk semua orang yang sangaaat Dera saying.
Mungkin saat kalian baca surat ini Dera gak ada lagi disini. Dera udah pergi ketempat yang saangaat jaauh. Oya, gimana kabar kak Dara? Gak sakit lagi kan? Semoga ginjalku dapat membantumu untuk meraih semua mimpi-mimpimu yang belum terwujud.

Teruntuk PAPA yang SANGAT KURINDUKAN
Gimana Pa? rumah kita udah tenang belum? Gak ada yang gak sopan lagi kan? Oh pasti gak ada dong ya? Ya iyalah, Dera si pembuat onar kan udah gak ada.

Teruntuk MAMA yang SANGAT-SANGAT KU RINDUKAN
Ma, Dera pasti akan sangat rindu dengan teddy bear pemberian Mama lima tahun yang lalu. Ma, Dera kangeeen banget pelukan Mama. Dera selalu iri saat Mama hanya mencium kak Dara disaat ia tidur. Dera iri melihat Mama yang selalu menyemangati kak Dara disaat ia sedang sedih. Dera iri dengan semua perhatian yang Mama berikan pada kak Virgo dan kak Dara. Dera sangaat iri.

Teruntuk KAK VIRGO dan saudara kembarku, DARA
Gimana kak, gak ada lagi kan yang ganggu kalian belajar? Gak ada lagi kan yang nyetel music keras-keras dikamar? Pasti rumah kita tenang ya, pastinya gak akan ada lagi yang akan membuat kalian malu karena punya saudara yang bodoh bukan? Oh, pastinya. Oya, SELAMAT ULANG TAHUN YA KAK, SELAMAT MENJALANI UMURMU YANG KE-17 TAHUN. Yang mungkin takkan pernah aku rasakan.

Kalian semua harus tau, betapa AKU SANGAT MENYAYANGI KALIAN. Mungkin dengan kepergianku, smeuanya akan tenang dan rumah kita menjadi tentram. Dera harap, gak aka ada lagi yang terkucilkan seperti Dera. Yang selalu menangis setiap malam. Yang selalu merindukan hangatnya kekeluargaan. Mungkin dengan kepergian ini, aku akan tahu bagaimana kalian akan mengenangku, seperti akuyang selalu mengenang kalian setiap malam dengan tangisan. . . Semoga KALIAN SEMUA BAHAGIA TANPA DERA, AAMIIN.
Salam rindu penuh tangis bahagia

Alderaya Zivanna
Semua yang mendengar menangis. Mereka bertanya-tanya pada Bi Imah dimana Dera. Namun tiba-tiba telepon rumah berbunyi..
“iya, saya Hermawan, ada apa ya?” Tanya Papanya dengan penasaran.

Dan sesaat kemudian Papanya menangis dan segera mengajak anggota keluarganya ke Rumah sakit. Dan mereka terlambat, Dera telah pergi untuk selama-lamanya. Dan menginggalkan berjuta penyesalan disetiap tangis yang jatuh. Kini, ia telah tenang dan jauh dari ketidakadilan selama hidupnya. Walau air mata tengah menangisinya yang telah pergi untuk selama-lamanya. . .
The End


ADA SUKA SETELAH DUKA

Allah selalu memberi pagi setelah malam
Allah selalu memberi pelangi setelah hujan
Sama seperti itu Allah memberi suka setelah duka
Hanya aku saja yang tak peka akan hal itu
Karena apa, aku manusia yang lupa untuk bersyukur 
Dalam hal kecil yang Ia berikan untukku.
Andai saja aku lebih perasa akan Kasih-Nya 
Mungkin setiap hembusan napas akan jadi hadiah terhebat darinya 
Yang kan selalu ku kenang
Untuk mengucap terimakasih saja aku masih kaku 
Padahal aku lihai dalam meminta dan mengeluh padanya
Kupikir aku yang paling derita
Ternyata tidak aku salah akulah salah satu manusia 
Yang paling berkecukupan dalam Kasih-Nya
Perihal hidayah aku pernah mendengar  
Allah akan memberikan Hidayah 
Kepada siapa yang ia tentukan
Tapi bukan berarti hidayah hanya di tunggu 
Dalam kegelapan dan kesunyian malam
Seperti hal nya jati diri kau kan mengenali 
Seperti apa dirimu saat kau mencari dirimu 
Yang masih bersembunyi dibalik bayanganmu sendiri.
===NANDA===

DEFINISI IBU

Menurut mu siapa yang disebut ibu?
Bisakah aku berbagi,
Bercerita sedikit tentang siapa itu ibu bagiku.
Ibu bukan hanya ia yang melahirkan ku, bukan hanya ia yang mempertaruhkan hidup dan mati nya untuk ku, dan bukan hanya ia yang menanggung beban berat untuk membesarkan ku.
Tapi tentang ia yang memahami isi hatiku saat pandangan nya terhenti dalam tatapan senduku, tentang ia yang menghabiskan waktu untuk memperbaiki salahku demi perubahanku agar bisa menjadi manusia yang lebih baik dimasa akan datang, dan tentang ia yang menghabiskan seperempat malam nya untuk merisaukan seperti apa masa depan ku kelak. Ibu selalu saja menyentuh hati saat suara lirihnya ia sembunyikan dibalik gema tawanya.

Seperti kata orang bijak 'kau mampu melihat seisi dunia dengan kecanggihan teknologi karena perubahan zaman, namun kau takkan mampu mendefinisikan kasih sayang seorang ibu dalam bahasa apapun dari zaman ke zaman.

Senin, 07 Agustus 2017

WAHAI PUJAANKU

Inginku melupakan, tak sebesar inginku mengingat
Wajar saja kalau aku susah lupa
 Lupa akan rindu ini tentang cara bertamu yang baik
Datang semaunya, pergi pun enggan
Tak perlu kau minta selama merindu
Karena selalu ada sebait doa dan sedikit waktu
Yang selalu ku alokasikan untuk memohon pada Robb-ku.

Dan tentu aku akan besabar berdiam diri
Di dermaga menanti bahtera takdir menghantarkanmu kepadaku
Sampai bertemu dimasa depan
Dimana saatnya kita benar dipersatukan tentang rindu
Maka ku sematkan rinduku untukmu wahai cinta rahasiaku.
Agar tak seorangpun kan tau

Kini semakin menggebunya rinduku ini
Dan ku sematkan cintaku jauh dalam ketulusan hati ini
untukmu wahai pujaan hatiku
Agar tak seorangpun kan merasakan panasnya gejolak cinta ini

Untukmu wahai pujaanku
Tentang cinta rahasia yang berbalut rindu
Yang telah di bingkai dalam ketulusan hati ini
Kan ku satukan semua gelora asmara ini
Dan akan ku sematkankan didalan qalbuku.

===PIPIT===