Tidurlah
adikku
Aku
percaya ketika sang surya menyapa mu esok, saat itu juga kau tahu betapa
besarnya rinduku pada mu. Jika memang kita diikat oleh selimut persahabatan,
niscaya kehangatan rindu ini kan mengalir
bersama jiwa yang satu. Tidurlah adikku, jika kau mau maka berbaringlah
dipundak ku, lepaskan semua hasrat manja mu. Ku ingin mengusap dan membelai
rambut mu hingga kau tertidur lelap, agar kau bisa lupakan semua tentang masa
kelam itu. Tidurlah adikku. Ketika cahaya menjemput, pandangilah dengan
senyuman karena aku berada dibalik cahaya itu. Ku tak pandai membuatmu bahagia
walau hanya sesaat, tapi inilah cara ku. Cara ku membuat engkau bahagia. Semoga
besok kau tersenyum melihat pesan ini. Tidurlah adikku, jangan khawatir aku
akan bersama mu, walau Tuhan berkehendak lain. Jujur, aku takut kehilangan mu,
dan yakin ku, kau akan pergi. Pergi bersama kekasih mu, bahkan akan jauh dari
angan ku. Mahligai itu menanti mu adikku. Kau tak akan mungkin hidup sendiri,
kau akan punya teman, teman di mana kalian selalu bersama. Makan, tidur, jalan
bahkan seranjang. Di situlah aku sadar bahwa kau adalah milik orang. Mungkin
aku hanya bisa menyapa mu dari kejauhan. Tidurlah adikku. Aku ingin sebelum
kau pergi lebih jauh, berbaring dipundak ku. Katakanlah bahwa kau menyayangi
ku, katakan "Kaka aku menyayangi mu, dan aku akan selalu memanjakan diri
ku pada mu". Di kaki gunung Gamalama ku tabur rindu hingga terbang
menelusuri lereng-lereng Sibela. Semoga angin sipoi membawa salam ku pada mu.
Tidurlah adikku, tidur yang manis ya.
Ternate,
3 Agustus 2017 | Asrul Lamunu